Produksi Ayam Broiler
Ayam broiler ditempatkan dalam kandang yang besar tanpa jendela dalam kawanan besar dari 20.000 hingga 50.000 ekor. Sering juga kawanan ini melebihi 100.000 ekor. Pemberian makanan, minum, suhu dan ventilasi dilakukan secara otomatis. Ayam – ayam ini tidak dikandangi satu per satu tapi dibiarkan berkeliaran dalam kandang besar yang lantainya terbuat dari beton dan dilapisi serbuk kayu, atau kertas yang dihancurkan, atau jerami.
Ayam broiler dijagal setelah berusia 6 atau 7 minggu (secara alami usia seekor ayam sekitar 7 tahun), bahkan ada juga yang dijagal ketika berusia 4 minggu. Ayam-ayam ini dijual sebagai ayam “mudaâ€. Ada juga yang dipotong lebih dari 7 minggu untuk dijual sebagai ayam panggang besar.
Peternak ayam broiler biasanya memanen 5 hingga 6 kali dalam setahun. Selang waktu antar panen, yang lamanya dua atau tiga minggu, dipergunakan untuk membersihkan lantai kandang dan pembasmian kuman. Lapisan lantai tidak pernah diganti atau dibersihkan selama ayam dipelihara dalam kandang, sehingga lapisan lantai tersebut basah dan becek karena ditutupi oleh kotoran ayam. Diperkirakan 80% dari lapisan lantai itu adalah kotoran ayam. Kondisi bagian atas lapisan lantai itu diperparah oleh darah, bangkai dan bulu ayam yang mati.
Penerangan buatan dalam kandang dikontrol dengan seksama. Cahaya hanya dipergunakan untuk mengarahkan ayam ke tempat makanan dan air agar banyak makan dan tumbuh secara cepat. Setelah itu lampu diredupkan hingga 2-5 lux untuk mencegah perkelahian antar ayam. Kegelapan total dalam kandang terjadi selama setengah jam setiap hari saat lampu dimatikan semua agar ayam-ayam terbiasa dengan kegelapan total dan tidak menjadi panik jika sewaktu-waktu aliran listrik terganggu atau mati lampu.
Ruang gerak ayam-ayam ini amat sempit. Kepadatan yang dianjurkan untuk ayam adalah 34 kg ayam per meter persegi. Ini berarti setiap ayam memiliki ruang gerak sebesar 0,05 m2, atau seluas selembar kertas A4. Seiring dengan pertumbuhan ayam, kondisi semakin memburuk dan kandang menjadi penuh sesak, sehingga ayam-ayam itu saling injak satu sama lain ketika menuju ke tempat makanan atau minuman.
Kesejahteraan dan Penyakit
Seleksi kawin silang untuk penambahan berat badan yang cepat dan pemberian antibiotik pertumbuhan dalam makanan menyebabkan ayam-ayam tidak sanggup menopang berat badannya sendiri. Dua puluh tahun yang lalu ayam broiler memerlukan 84 hari untuk mencapai berat badan untuk dipanen. Saat ini, mereka hanya memerlukan 42 hari untuk mencapai berat badan yang sama. Sebuah studi Lembaga Penelitian Makanan dan Pertanian menemukan bahwa lebih dari 80% ayam broiler menderita patah tulang atau kerusakan tulang lainnya. Sementara itu Badan Pekerja dari Lembaga Kesejahteraan Hewan Ternak (FAWC= Farm Animal Welfare Council) untuk Ayam Broiler bersaksi atas terjadinya berbagai â€gangguan pada kaki akibat berbagai tingkat kekejaman†pada hampir semua peternakan yang pernah mereka kunjungi. Ayam-ayam tidak sedikit yang pincang dan mati karena kelaparan dan kehausan, karena tidak bisa mencapai tempat makanan atau minuman. Sementara ayam-ayam lainnya hanya bisa bergerak dengan mempergunakan sayap untuk menjaga keseimbangan. FAWC melukiskan bahwa ayam-ayam ini “jelas-jelas tertekanâ€.
Pertumbuhan jumlah ayam broiler yang tidak alami dengan ruang gerak yang terbatas memicu ayam-ayam tinggal diam di tempat yang basah, kotor dan penuh dengan ammonia (NH4OH). Ini menyebabkan lecet pada dada dan memar pada paha ayam yang sangat menyakitkan. Memar pada paha terlihat jelas pada ayam-ayam yang dijual di supermarket (memar itu terdapat pada sendi kaki bagian atas). Luka dan borok pada kaki dan dada juga sering ditemukan.
Kondisi lingkungan hidup yang buruk dan padat dalam kandang memudahkan ayam terserang berbagai penyakit. Uap ammonia yang sangat kuat bisa menyebabkan sakit pada mata hingga mengalami kebutaan. Serangan jantung (atau disebut sindrom kematian akut), penyakit pernapasan kronis, pembengkakan hati dan penyakit ginjal dan serangan dari bakteri dan virus menyebabkan angka kematian yang tinggi pada kawanan ayam.
Hawa panas dalam kandang juga bisa menyebabkan kematian. Banyak ayam yang mati pada saat cuaca panas karena ventilasi yang tak memadai.
Kematian ayam diperkirakan 6 % atau sekitar 36 juta ekor setiap tahun. Salah satu pekerjaan utama penjaga ternak adalah membersihkan bangkai ayam yang sudah mati. FAWC memperkirakan setiap penjaga ayam mengawasi kurang lebih 80.000 ekor ayam sehingga inspeksi pada setiap ekor ayam adalah hal yang tidak mungkin. Dalam kandang yang terlalu padat tersebut, ayam yang mati atau sekarat bisa saja tidak terperhatikan. Bangkai-bangkai ayam yang telah membusuk sering ditemukan di lapisan lantai kandang dan dijadikan pupuk tanaman.
Peternakan ayam broiler yang padat dan tidak sehat bisa menyebabkan bakteri berkembang biak secara leluasa di antara kawanan ayam. Salmonella dan campylobacter tersebar luas di dalam peternakan dan sering menyebabkan keracunan makanan pada manusia.
Transportasi dan Penjagalan
Penangkapan dan pengangkutan ayam-ayam ke tempat penjagalan bisa menyebabkan rasa sakit dan stress pada ayam. Kelompok penangkap ayam berkeliaran di dalam kandang dan masing-masing memegang beberapa ekor ayam dengan posisi terbalik pada kaki mereka dan mereka dimasukkan dalam kotak lalu dimuat ke dalam gerobak. Sendi terkilir, patah sayap dan kaki serta memar sangat sering terjadi. Tempo pengangkutan ke tempat penjagalan yang cukup jauh dapat membuat ayam menderita karena cuaca yang ekstrem. Kedinginan, kepanasan, kehabisan nafas dan goncangan diderita oleh ayam-ayam itu. Kurang lebih 6 juta ayam mati pada saat pengangkutan setiap tahunnya.
Ketika sampai di rumah jagal, ayam-ayam itu dikeluarkan dari kotak dan digantung terbalik pada kakinya pada lini berjalan. Kepala dan lehernya dicelupkan ke dalam air yang diberi aliran listrik untuk menghilangkan kesadarannya. Lini berjalan membawa ayam-ayam ke alat pengiris leher otomatis. Ayam-ayam mengucurkan darah selama lebih kurang satu setengah menit sebelum dimasukkan ke dalam tangki air panas. Air panas itu memudahkan pencabutan bulu.
Jika pemberian aliran listrik dan pengirisan leher tidak sempurna maka ayam tersebut masih hidup saat memasuki tangki air panas. Sebuah studi menemukan hampir 25% ayam-ayam itu masih hidup saat memasuki tangki air panas.
Pemberian aliran listrik tidak sempurna jika arus listriknya terlalu rendah. Kuat arus listrik yang dianjurkan adalah 120 mA (mili-Ampere) agar denyutan jantung berhenti sehingga ayam tersebut mati. Sangat sedikit rumah jagal yang memberi aliran listrik dengan arus setinggi ini karena konon ada klaim yang menyebutkan bahwa pemakaian arus listrik yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada tubuh ayam. Klaim lainnya adalah agar denyut jantung tetap ada untuk memompa darah keluar dari tubuh ayam sebanyak mungkin setelah diiris lehernya. Tak satupun dari klaim-klaim ini dapat dibuktikan secara ilmiah.
Pengirisan leher juga tidak selalu sempurna. Kasih dalam Dunia Ternak (Compassion In World Farming) melakukan sebuah studi yang bertema Kesejahteraan pada Penjagalan Ayam Broiler (Welfare at Slaughter of Broiler Chickens) menyimpulkan bahwa sebagian besar ayam tidak teriris sempurna lehernya. Pengirisan yang sempurna adalah putusnya semua arteri di leher yang mensuplai darah ke otak namun hal ini ditentang oleh industri daging ayam dengan alasan hal ini dapat mempersulit otomatisasi pengeluaran jeroan ayam.
Sumber: www.vegsoc.com/info/broiler.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar