Kita patut bersyukur kepada langit, bumi, bintang, surya, rembulan, dan segalanya. Sandang, pangan, dan papan yang kita miliki merupakan hasil karya dan jerih payah ribuan orang – baik secara langsung maupun tidak langsung. Marilah bersyukur kepada mereka. Dapat menyantap sepiring nasi saja, kita sudah harus bersyukur kepada langit, bumi, surya, rembulan, ribuan orang yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat di dalamnya.
Jangan menganggap bahwa sepiring nasi itu mudah didapat. Apalagi beranggapan bahwa semuanya bisa dibeli dengan uang. Sadarilah, kalau tidak ada matahari, bumi, rembulan, perputaran musim, dan jerih payah dari ribuan orang, walau memiliki uang sebanyak apapun kita tetap tidak dapat membelinya. Ada uang atau tidak ada uang, itu adalah masalah pribadi. Untuk mendapatkan sepiring nasi, ini sudah bukan masalah kemampuan pribadi.
Saat negara mengalami kekacauan, mempunyai banyak uang tidak menjamin keselamatan. Walaupun memiliki kekayaan yang melimpah, belum tentu kita bisa mendapatkan makanan. Kalau petani tidak mau menanam padi, mempunyai cek bernilai satu miliar pun tidak ada gunanya bagi kita. Walau kita memiliki batangan emas yang menggunung, tetap tidak ada gunanya, karena uang dan emas tidak dapat dimakan. Hari ini kita masih bisa menyantap sepiring nasi, bersyukurlah kepada LAOMU, langit, bumi, surya, rembulan, serta orang-orang yang tidak terhitung banyaknya.
Untuk menghasilkan bulir-bulir padi, seorang petani harus melalui sebuah proses yang panjang dan meletihkan. Dari membajak sawah, memilih bibit unggul, menabur benih, merawat, memelihara, dan menjaganya sampai menjadi padi yang menguning. Semuanya merupakan proses yang sangat banyak menguras tenaga. Hingga sepiring nasi dihidangkan di meja makan, juga membutuhkan berbagai pihak dari berbagai bidang jasa dan usaha. Semuanya membutuhkan begitu banyak tenaga dan buah pikiran. Kalau kita bisa memahami dan menghayati hal ini, hatipun akan dipenuhi rasa syukur yang mendalam.
Setelah seorang petani menaburkan benih-benih padi di sawah, selanjutnya diperlukan ayoman langit-bumi, hawa positif-negatif, air hujan, dan sinar matahari, barulah benih dapat tumbuh. Jika semuanya tidak ada, tidak mungkin padi bisa menguning. Kita memerlukan bumi, karena tanpa bumi ataupun tanah, di mana lagi kita harus menabur benih-benih tersebut. Dengan adanya air dan mineral yang terkandung di dalam tanah, benih dapat tumbuh. Tanpa langit dan bumi, tidak mungkin ada padi yang dihasilkan.
Dalam proses pertumbuhan benih tersebut, air adalah faktor yang sangat penting. Jiak semata-mata tergantung pada air hujan, itu tidaklah cukup. Sehingga diperlukan pengairan atau irigasi berupa waduk air. Untuk membangun sebuah waduk air dibutuhkan tenaga kerja, dana, bahan material yang besar. Maka kita pun harus berterima kasih kepada mereka yang telah terlibat dalam pembuatan waduk ini.
Tibalah waktu panen, diperlukan mesin untuk menggilingnya. Mesin giling tersebut memerlukan bahan bakar. Dari mana asal bahan bakar tersebut? Sektor-sektor yang terkait semakin luas. Untuk memasak nasi diperlukan alat penanak nasi yang memerlukan listrik. Listrik berasal dari mesin pembangkit listrik. Proses ini pun memerlukan material, dana, dan tenaga kerja yang tidak sedikit. Setelah itu kita perlu sendok, garpu, piring, dan berbagai peralatan makan lainnya. Untuk menghasilkan peralatan ini juga memerlukan beberapa proses. Kalau kita membicarakan langkah selanjutnya, tidak ada habisnya pihak yang terlibat. Ternyata, manusia dan benda yang harus kita syukuri sangatlah banyak. Sungguh tepat pernyataan ‘Bersyukur atas segalanya, senantiasa bersyukur’. Orang demikian adalah orang yang paling diberkahi, orang yang hidupnya selalu berbahagia.
Untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehari-hari, baik itu rumah, pakaian, sepatu, peralatan masak, peralatan tidur, televisi, dan lain sebagainya, diperlukan proses yang tidak sedikit hinggap dapat kita gunakan. Dari proses produksi sampai distribusi, membutuhkan ribuan hingga jutaan tenaga kerja, dana, dan material. Janganlah menganggap bahwa dengan uang yang dimiliki kita dapat memperoleh segalanya begitu saja. Semua barang yang kita beli merupakan hasil jalinan kerjasama tenaga manusia yang tidak terhitung jumlahnya. Sungguh banyak orang dan benda yang telah berbudi kepada kita, dan semuanya patut disyukuri.
Marilah kita sadari jasa besar langit, bumi, surya, rembulan, hingga sebatang pohon, sekuntum bunga, sebuah batu, bahkan sebutir pasir sekalipun. Batu dan pasir ibarat pahlawan tanpa nama. Dengan batu dan pasir, kita dapat membangun rumah, jembatan, dan bangunan-bangunan lainnya. Jangan memandang mereka hanya sebagai benda mati yang tidak bermanfaat bagi manusia. Manusia adalah makhluk yang paling berbudi, namun justru kita paling tidak berbudi jika dibandingkan dengan batu dan pasir. Batu dan pasir dapat berkorban dan berdedikasi tanpa pamrih dan tanpa nama. Sedangkan manusia, baru berbuat sedikit saja sudah menuntut nama dan kedudukan. Seandainya kita dapat meneladani karakteristik batu dan pasir maka kita adalah Buddha, Bodhisatva, dan Nabi. Sungguh besar budi dan jasa langit, bumi, laksa makhluk dan benda kepada manusia.
Juga tidak lupa kita harus bersyukur atas rahmat kasih Tuhan, cinta kasih Buddha Maitreya, dan budi lindungan serta tanggungan dari Kedua Guru Agung. Karena tanpa rahmat kasih LAOMU yang menurunkan Firman-Nya, sumpah agung Buddha Maitreya yang tiada tara, dan budi-kebajikan dari Kedua Guru Agung, maka tidak mungkin kita dapat memohon, membina, dan mengamalkan Ketuhanan. Kita tidak mungkin memperoleh Jalan Ketuhanan yang hanya sekali diturunkan selama kurun waktu 129.600 tahun. Ditambah lagi dengan kesempatan untuk memasuki dunia bahagia selama 10.800 tahun, sungguh kita harus bersyukur yang sedalam-dalamnya atas budi yang besar ini.
Menanam sebutir padi memerlukan sejuta keringat, karena itu harus bersyukur atas segalanya, senantiasa bersyukur.
http://www.maitreya-mapanbumi.or.id/sebutir-padi-sejuta-keringat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar