Sabtu, 18 April 2015

Mengurangi Konsumsi Daging dan Susu Dapat Menghentikan Pemanasan Global hingga 84 Persen

Menurunkan konsumsi daging dan produk susu serta perbaikan pada praktik pertanian dapat menurunkan sebagian besar emisi gas rumah kaca dunia. Pada tahun 2055 emisi metana dan nitro oksida dari peternakan dapat dipangkas lebih dari delapan puluh persen, demikian temuan para peneliti dari Institut Postdam untuk Penelitian Dampak Iklim (PIK). Hasil studi baru ini diterbitkan dalam jurnal “Global Environment Change”.
“Daging dan susu betul-betul memainkan peranan penting,” ungkap Alexander Popp dari PIK.

Alexander Popp dari The Postdam Institute for Climate Impact Research
“Pengurangan konsumsi dapat menurunkan emisi nitro oksida dan metana dari peternakan di masa depan hingga ke tingkat di bawah yang ada pada tahun 1995,” terang kepala penelitian ini. Di masa lalu, emisi gas rumah kaca dari peternakan, terutama metana dan nitro oksida, telah meningkat dengan tajam. Pada tahun 2005 gas-gas itu bertanggung jawab atas 14 persen dari total emisi gas rumah kaca manusia. “Selain pilihan makanan yang lebih berkesadaran dari sisi para konsumen, ada opsi mitigasi teknis di sisi para produsen makanan untuk menurunkan emisi secara signifikan,” ungkap Popp.



Para peneliti menggunakan model penggunaan lahan dunia untuk menilai dampak perubahan di masa depan dalam konsumsi pangan dan peralihan pola makan, tetapi juga opsi mitigasi teknologi untuk emisi gas rumah kaca peternakan hingga tahun 2055. Model global menggabungkan informasi dari populasi, pendapatan, permintaan makanan, dan biaya produksi dengan data ruang lingkungan dalam potensi hasil panen.
Kalkulasi menunjukkan bahwa emisi non-karbon (non-CO2) dunia dari peternakan meningkat secara signifikan hingga tahun 2055 bila konsumsi energi makanan dan pilihan pola makan tetap konstan seperti di tingkat tahun 1995. Dengan memperhitungkan perubahan pola makan dari jenis makanan yang dinilai lebih tinggi, seperti daging dan susu, yang dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi, emisi akan semakin cepat meningkat. Sebaliknya, dengan menurunkan permintaan produk peternakan hingga 25 persen setiap dekade dari 2015 hingga 2055, menghasilkan penurunan emisi non-karbon bahkan lebih rendah daripada tahun 1995.
Selain itu, ada pilihan mitigasi teknis untuk menurunkan emisi secara signifikan. Akan tetapi, pilihan mitigasi teknis ini tidak seefektif seperti perubahan konsumsi makanan. Potensi penurunan yang paling tinggi dapat dicapai dengan kedua pendekatan itu, demikian laporan peneliti. Dengan menggabungkan antara penggantian permintaan konsumen dan teknik pertanian, emisi metana dan nitro oksida dapat dipangkas hingga 84 persen pada tahun 2055.
Emisi non-karbon dioksida dari peternakan terutama terdiri dari metanan dan nitro oksida. Nitro oksida 300 kali lebih kuat dan metana 20 kali lebih kuat dalam menangkap panas di atmosfer daripada karbon dioksida. Emisi peternakan berasal dari penggunaan pupuk sintesa pada tanaman ternak dan dari sawah yang tergenang. Karena produk hewan membutuhkan jumlah tanaman ternak yang besar, produksi ternak berkaitan dengan emisi yang lebih tinggi akibat penggunaan pupuk tersebut. Selain itu, emisi ternak juga berasal dari kotoran ternak, aplikasi dan manajemen, serta produksi metana oleh mikroba dalam sistem pencernaan pemamah biak.
Sumber:
Popp, A., et al., Food consumption, diet shifts and associated non-CO2 greenhouse gases from agricultural production. Global Environment Change (2010), doi:10.1016/j.gloenvcha.2010.02.001 atau baca press release penelitian ini di
Postdam-Institut fuer Klimafolgenforschung atau Postdam Institute for Climate Impact Research (PIK) didirikan pada tahun 1992 dan kini beranggotan sekitar 180 orang ilmuwan. Di PIK, para peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan sosial bekerja sama untuk mempelajari perubahan global dan dampaknya pada sistem ekologi, ekonomi, dan sosial.
https://resepvegetarian.wordpress.com/2010/07/01/mengurangi-konsumsi-daging-dan-susu-dapat-menghentikan-pemanasan-global-hingga-84-persen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar